Dia berdiri didepanku dan menatap ku sendu, “akhirnya… kutemukan juga dirimu! Masih berniat untuk bersembunyi dariku?” tanyanya dengan senyum penuh kemenangan.
“Tentu saja… jika waktu mengizinkan!” sahutku sembari tersenyum nakal.
Dia menggeleng tegas, “Kau tidak akan bisa bersembunyi dariku, dear. Karena bayangku akan selalu mengikutimu dan menemukan dirimu dimanapun kau berada. Kerinduanmu laksana bintang penunjuk arah di langit gelap tanpa cahaya.”
“Bagaimana kau tahu aku merindukanmu?”
“Karena aku merinduimu!”
“Oh.. jadi kau merindukanku? Pantas….hati ini selalu teringat padamu setiap saat setiap waktu. Jadi itu karena engkau merindukan aku?” ucapku begitu mendapat cela untuk mengodanya.
“Aku merinduimu..karena kau merindukanku..!” katanya tak mau kalah.
“Tidak! Bukan begitu! Aku merindukanmu, karena engkau merinduiku!” sambutku lagi tak kalah sengit.
“No way..!”
“Yes way! Buktinya aku tidak henti memikirkanmu. Itu pasti karena engkau merinduiku. Kalau tidak… buat apalah aku memikirkanmu..kan..kan?” kini giliranku yang mengerling kearahnya dengan senyum kemenangan. Mana boleh aku kalah adu bicara dengan dia. I m must become a winner. For her…
Dia pun tersenyum senang, “Hurm… ternyata ada juga orang yang tak henti memikirkanku karena merindu.. muahahahha..”
Lalu dia mendekatiku dan duduk didepanku, “Tau tidak dear, kalau jauh darimu… sebenarnya memberi ketenangan dalam hatiku. Membuatku bebas dan berhenti menduga-duga.”
“Benarkah? Jadi hidupmu lebih baik tanpa ku?” tanyaku dengan nada merajuk.
“Kalau boleh jujur….. sebenarnya iya.”
“Hurm…. lalu kenapa engkau mencarikuu?” tanyaku setengah heran
“Karena aku merindukanmu! Tau tidak dear, kau ini ibarat chili padi. Jika terlalu sering di konsumsi akan meningkatkan kadar emosi dan membuat perut sakit. Tapi juga ridak bisa kalau tidak di konsumsi…karena rasa pedasmu telah membuat jiwaku kecanduan… “ jelasnya dengan perumpamaan.
“Oh… jadi aku ini hanya chili padi bagimu…”
Dia mengangguk pasti. “Chili padi yang menebarkan rindu di hati…!”
'”Dan kau kemari untuk menuainya?”
“Yup! Karena bagaimanapun… chilipadi ini menempati sudut hati yng tidak akan pernah terganti…” katanya sambil mengacak rambutku. Aku terharu mendengarnya. Sepandainya dia mengolah kata… namun tetap diriku yang di tujunya. ah.. aku tidak perduli apa arti rinduku bagimu. Chili padi, emosi atau rindu yang menggebu. Namun setidaknya aku tahu kalau kau merindukan ku. Itu sudah cukup bagiku. Untuk menambah pedasnya rindu yang kutebar untuk mu. Kakak…ku.