-->

Hai !!! Selamat membaca..! Semoga menginspirasi...

Puisi Cinta yang Hilang bag 3


Puisi Cinta yang Hilang bag 3. “Mama….” panggil Tania yang mengigil kedinginan. Segera saja ku raih tubuhnya keluar dari kolam. “Abang jaga mereka ya… 1/2 jam lagi suruh keluar dari kolam, udara mulai dingin nanti masuk angin” Suamiku mengangguk mengiyakan tanpa berpaling dari hidangannya. Aku jadi sebab juga di cuekin begitu. Tapi nggak sempat mau membebel karena Tania sudah rewel minta masuk kedalam.

Setelah selesai mendandani Tania, aku turun kedapur. Niatnya akan membantu kakak iparku memasak. Tetapi akhirnya aku hanya berdiri menonton sambil menemaninya ngobrol. “Benar Sel, kau nggak mau ketemu Rio?”
"Udah ketemu. Rio kerumah beberapa hari yang lalu,” ceritaku. Aku tak pernah merahasiakan apapun dari kakak iparku ini. Kecuali sesuatu yang memang benar-benar rahasia.
Kak Ira menghentikan kerjanya dan menatapku dengan pandangan tak percaya, “Aldi tahu?”
“Tahulah kak, Aldi yang mengajaknya kerumah.”
Kak Ira mendesah. Lalu sambil melanjutkan kerjanya dia mulai cerita tentang kabar yang tersebar di luaran, bahwa Rio pulang karena merasa sakitnya sudah parah dan tidak ada harapan hidup lagi. Tentu saja aku terkejut mendengarnya.
“Memang Rio sakit apa?” tanyaku terperangah. Ada rasa sakit di dada mendengar berita duka itu. Biarpun sudah lama berpisah, rasa ku pada Rio masih ada sedikit yang tersisa.
“Katanya sih kanker otak. Sudah stadium 3,” jelas kak Ira. “Untung ya Sell, kau tidak jadi menikah dengannya. Aku tidak bisa membayangkan kalau kau harus menjanda di usia yang begitu sangat muda. Tahulah… mana ada orang sakit kanker otak bisa sembuh 100%? Kalu nggak hang, ya koma, kalau nggak koma ya…wassalam. Kasihan orang tua Rio ya… mana anak satu-satunya..”
Setelah percakapan dengan kak Ira sore itu, semalaman mataku tidak bisa terpejam. Wajah Rio selalu terbayang. Kedatangannya waktu itu kerumah, adalah untuk membicarakan sesuatu. Mencoba menebak apakah sesuatu itu… membuat hatiku berdebar-debar tak menentu.
“Kalau kau ingin menemui dia… aku mengizinkanmu. Selesaikan persoalan antara kalian.. agar nanti tidak ada lagi ganjalan,” ucap Aldi saat sarapan. Mungkin dia melihat penampilanku yang kacau akibat kurang tidur semalaman. Aku yang mengetahui niat tulusnya, hanya bisa mengangguk tanpa suara.
***
Sudah lama sekali aku tidak mengunjungi rumah ini. Mungkin lebaran tahun lalu. Aku memarkir mobil tepat di depan pintu pagar. Yang pertama kali terpampang di mataku adalah buah jambu air yang berbuah lebat. Lalu seorang wanita yang sedang berdiri dengan sebuah tas plastik di tangan. Wanita itu tampak kaget melihatku.. namun sebuah senyum ramah tersungging di wajah cantiknya yang mulai menampakan tanda-tanda penuaan…
“Sella…” sambutnya sambil berjalan kearahku. Aku menyalami dan mencium tangannya. Ibu Rio memelukku dan terisak.
“Ibu…” ku elus punggungnya dengan lembut. Aku turut merasakan kesedihan yang sedang merundungnya. Karena akupun merasakan hal yang sama. “Dia ada?” Aku tidak mendengar jawaban hanya merasakan anggukan kepalanya.
Lalu perlahan dia melepas pelukannya. Dengan masih berderaian airmata dia menyuruhku masuk kedalam, “Dia ada di halaman belakang, pergilah.. temui dia..”
Halaman belakang adalah istilah untuk menyebut sebuah Gazebo diatas kolam ikan air tawar.  Sekeliling tempat itu dahulu di pagari oleh pohon kemuning. Sehingga di saat mekar aromanya akan memenuhi udara dan menciptakan suasana hening yang penuh kedamaian. Tapi kulihat sekarang hanya tinggal beberapa batang saja. Itu pun sudah terlihat tidak rindang lagi. Di tengah kolam, diatas gazebo.. aku melihat sosok yang ingin kutemui. Aku melangkah pelan mendekatinya…pelan sekali takut kalau dia sampai kaget dan menceburkan diri ke kolam.. haha.. just kidding. Tapi ternyata tidak cukup pelan hingga membuat Rio menoleh. Deg… ada duka menyergap melihat wajah pucat di depanku tersenyum. Rambut gondrongnya bergerak anggun saat dia menoleh…
“Sella….” panggilnya perlan dengan nada yang sulit untuk di bayangkan. Antara kerinduan yang dalam, bahagia.. dan sedih yang bercampur menjadi satu….. (bersambung: Puisi cinta yang Hilang bag 4)

                              PREV   NEXT

Popular Posts