Andai Cinta Kenal Logika
Prolog
Baskoro bukan siapa-siapa bagi Yunita Dewantoro selain teman kuliah
yang berlanjut menjadi teman keluarga, lalu menjadi teman dekatnya. Tidak lebih
dan tidak kurang. Jika Baskoro menaruh hati padanya, itu urusan dia, karena
Yunita tidak pernah mencintai pria lain selain Juan Prasetya, suaminya. Tidak
ada kemungkinan bagi Baskoro untuk menyusup di sela-sela hati Yunita lalu
merebutnya dari Juan. Karena Yunita telah mengembok pintu hatinya dan membuang
kuncinya itu di lautan terdalam.
Begitu yang sering Yunita
katakan pada Baskoro jika dia coba mencari peluang atau pada Juan kalau si
suami tercinta menuntut penjelasan. Juan percaya pada cinta Yunita 100%. Tapi
kadang kala dia cemburu juga melihat keakraban yang di tunjukan Baskoro ketika
dia punya kesempatan untuk bertemu Yunita, seperti dalam reuni atau forum-forum
yang di gelar oleh komunitas yang mereka ikuti.
“Cemburu itu bumbu cinta,” begitu kata Juan setiap kali dia kalah
argumen, “Orang yang tidak pernah merasa cemburu di ragukan kadar cintanya.”
Dan jika sudah begitu, Yunita akan pergi meninggalkan Juan beberapa saat. Sampai hati Juan menjadi tenang dan
cemburunya hilang. Jika Juan bertanya mengapa Yunita tidak membela diri? Maka
jawaban Yunita ringan, “capek, selalu memberikan penjelasan yang sama berulang-ulang.
Kalau kau ingin dengar pembelaan diri dariku, tak masalah. Mau ku rekamkan?
Jadi setiap kali kau meraguiku kau bisa memutar ulang rekaman itu?”
Kalau sudah begitu, giliran Juan yang merajuk, tidak mau ngomong dan mengurung
diri di ruang kerjanya, kalau di biarkan bisa-bisa dia akan lebih memilih tidur
di sana. Untungnya Yunita tahu apa kelemahan suaminya. Hati Juan akan luluh
setiap kali Yunita mendatanginya dengan lingeri sexy yang menggoda, disertai
sentuhan-sentuhan lembut dan bisikan-bisikan mesra yang mengudang gairah. Tak
sampai semenit semua masalah yang ada diantara keduanya pun lenyap, pudar dan
menghilang… tak ada lagi pundak dingin yang ada adalah hasrat yang membara yang
membakar semua amarah hingga menjadi abu tanpa meninggalkan sisa.
Itulah cinta Yunita pada Juan.
Cinta yang jarang sekali di katakan tapi selalu di praktekkan. Cinta
yang tidak perlu pengakuan karena telah di kukuhkan dengan perbuatan. Lalu
bagaimana Baskoro akan meretakkan jalinan asrama yang sedemikian rupa? Menjauhkan
Juan dari Yunita dan menyelipkan dirinya sendiri sebagai penggantinya? Memang
tidak ada kesempatan, tapi bagi Baskoro yang pantang menyerah, “selalu ada
peluang jika ada kemauan..” Semboyan yang mengetarkan jiwa, tapi sayang untuk
rencana yang salah.
Baskoro tahu niatnya sudah salah, dan perbuatan yang akan di lakukannya
lebih salah lagi. Tapi apa hendak di kata? Selama hidupnya, Baskoro hanya
pernah jatuh cinta pada satu orang saja dan itu adalah Yunita. Dan sejak itu, dia
tidak pernah jatuh cinta lagi. Meski begitu banyak gadis berkeliaran di
sekelilingnya. Hatinya seperti sudah mati rasa. Di matanya tidak ada lagi
wanita lain sesempurna Yunita.
Padahal menurut Juan, meski Yunita cantik, cerdas, cekatan tapi dia
adalah wanita biasa, jauh dari sempurna. Yang selalu uring-uringan jika PMS nya
datang. Sering lupa kewajiban kalau terlalu banyak masalah yang di pikirkan.
Dan yang paling menjengkelkan, Yunita adalah penyandang buta warna yang selalu
lupa pada kelainan yang di deritanya. Tapi Karena cinta tidak mengenal logika,
maka Juan tidak keberatan anak laki-laki mereka kelak menderita buta warna asal
bisa memiliki Yunita.
Mungkin hal seperti itu juga yang ada di benak Baskoro. Tak perduli
bagaimana caranya, akan dia lakukan demi mendapatkan Yunita. Karena Cinta tidak
mengenal Logika, Baskoro merasa tidak perlu menghitung untung ruginya. Tak
peduli kalau Yunita adalah istri orang dan telah punya 2 orang anak. Semua
kemampuan dan sumberdaya dia kerahkan untuk mengapai tujuannya, yaitu Yunita.
Dan Yunita tidak pernah menyadari niatan Baskoro terhadap dirinya.
Pertemanan yang telah berlangsung lama telah menumbuhkan benih kasih sayang
dalam hatinya. Sehingga terkadang dia turut terbawa perasaan jika sesuatu
terjadi pada Baskoro. Seperti ketika ayah Baskoro meninggal dunia, Yunita turut
merasakan kesedihannya. Ketika Baskoro terlibat masalah, Yunita sibuk
mencarikan solusinya. Dan ketika Baskoro
berkata akan mengakhiri masa lajangnya, Yunita sibuk mencarikan wanita yang
cocok untuknya. Padahal Baskoro sendiri telah mengatakan kalau dia telah
menemukan wanita yang akan menjadi calon istrinya.