Andai Cinta Kenal Logika Episode 1. “Tapi mengapa harus yang beda agama Bas? Kayak nggak ada
perempuan lain aja,” cetus Yunita.
“Memang nggak ada yang lain, Yun. Cuma dia yang aku suka,”
sahut Baskoro. “Aku nggak bisa hidup dengan wanita yang tidak kusuka. Pasti
tidak nyaman rasanya…”
“Kamu aneh, Bas. Kalau kamu bilang kamu suka dia lalu ingin
menikahinya. Karena kalau soal menikah biasanya orang tidak memutuskan karena
suka tapi karena cinta. Kalau kamu masih taraf suka, batalkan saja! Carilah
wanita yang bukan hanya kau suka tapi juga kau cinta. Yang bisa buat hatimu
bergetar saat memandangnya, saat mendengar suaranya…. Dan yang terpenting lagi
se agama!”
“Kamu rasis Yun kalau menentang pernikahan beda agama!”
“Rasis dari mana? Kalau aku melarang kamu nikah dengan wanita
itu karena dia Cina, India, itu Rasis. Tapi ini menyangkut agaman lho Bas,
keyakinan. Kecuali… kecuali dia mau seiman denganmu sebelum menikah… itu tak
masalah.”
“Nah kan? Itu artinya boleh, tapi ada syaratnya…”
“Kalau pingin nikah yang nggak pakai syarat pindah agama yang
harus nikah seagama. Gampang kan Bas? Dan lagi aku yakin, selain diriku, pasti
ada anggota keluargamu dan keluarga wanita itu yang tidak setuju..”
“Wanita itu bernama Kristin, Yun,” jelas Baskoro.
“Iya. Kristin. Pasti ada keluarganya yang tidak setuju…”
“Kakak lelakinya tidak setuju…!”
“Nah kan? Itu sudah indikasi bahwa pernikahan ini sebaiknya
tidak di langsungkan. Karena lebih banyak mudhorotnya daripada manfaatnya. Aku
pernah membaca salah satu artikel yang di tulis oleh seorang hakim dalam situs
terpercaya. Beliau salah satu intelektual Indonesia yang menentang praktek
pernikahan antara agama, bukan di lihat dari sudut padang agama tapi dari segi
masalah yang akan di timbulkannya. Menurut beliau, pernikahan beda agama itu
seperti bom waktu yang dapat meledak sewaktu-waktu. Itu artinya sebagai pelaku,
kalian tidak aman. Kecuali… ya kecuali itu tadi, kalian seiman dulu sebelum
menikah.”
“Dia tidak meminta aku pindah agama ketika setuju ku ajak
menikah, maka aku juga tidak berhak memintanya pindah agama. Kami menghargai
agama dan kepercayaan masing-masing. Jadi aku yakin, kelak tidak akan ada
masalah. Karena kami sama-sama mengerti dan memahami.”
“Tapi aku tidak setuju kau menikah dengan dia!” ucap Yunita
dengan nada kecewa.
“Apa alasannya? Kalau alasannya karena dia beda agama, lupakan
saja! Keputusanku sudah bulat. Dan lagi aku mengatakan ini padamu bukan untuk
meminta persetujuanmu, tapi untuk memberitahumu.. sebagai teman…”
“Aku menyayangimu Bas, aku ingin yang terbaik bagimu!”
“Aku juga inginkan yang terbaik bagi diriku sendiri. Tapi yang
terbaik menurutku sudah di ambil orang. Maka aku memikirkan yang terbaik
lainnya. Dan itulah dia…!”
“Adakah cara yang bisa kulakukan untuk membujukmu agar
membatalkan pernikahan itu?” tanya Yunita putus asa.
Terdengar tawa renyah Baskoro dari seberang sana, “kau bertanya
padaku bagaimana caranya untuk membujukku? Kau sudah kehabisan akal Yun?”
“Jangan tertawa, Bas! Ini bukan lelucon!” suara Yunita
terdengar ketus. Tapi tidak cukup untuk menghentikan tawa Baskoro.
“Apakah kau tidak ingin melihat aku berumah tangga dan hidup
bahagia, Yun?” tanya Baskoro di akhir tawanya, “apakah kau ingin aku di sindir
teman-teman kita karena sudah separuh baya tapi belum juga menikah? Kau tidak
tahu bagaimana rasanya ketika kau bertemu teman dan mereka bertanya berapa
anakku?”
“Tapi….”
“Tidak ada tapi-tapian, Yun. Aku akan menikah dengan Kristin,
apapun resikonya. Kecuali….!” Bas koro menggantung kalimatnya.
Yunita bertanya karea penasaran, “kecuali apa, Bas?”
“Kecuali kau mau menikah denganku..”
“Kau gila?!” sentak Yunita lantang.
Baskoro tertawa, “terserah, tapi itu saja yang bisa membatalkan
aku menikah dengan Kristin. Dirimu…!”
Tanpa menjawab sepatah katapun, Yunita segera menutup
telponnya.
PREV NEXT