Dalam mobil, Jalal terlihat fokus
menatap jalan. Sesekali nyonya Hamida melirik putra semata wayangnya dengan
tatapan penuh selidik. Jalal yang merasa kalau mamanya sedang mencuri pandang
menoleh tiba-tiba. Tatapan ibu dan anak itu bersirobok. Nyonya hamida
tersenyum.
“Kenapa ma?” tanya Jalal sambil
kembali menatap jalan.
“Tidak apa-apa. Mama hanya ingin
tahu apa pendapatmu tentang putri tuan Bharmal?”
“Dia cantik…” sahut Jalal
singkat.
Hamida penasaran, “itu saja?”
“Cerdas dan cekatan kelihatannya…”
“Apakah kau memiliki perasaan
yang spesial padanya?”
Jalal terdiam. Nyonya Hamida
semakin penasaran, “Jalal?”
“Itu perasaan normal yang di
miliki setiap pria jika melihat wanita cantik dan mempesona ..”
“Kau tahu kalau dia masih
sendiri?”
“Iyakah?” tanya Jalal tak
percaya, “wanita secantik itu?”
Nyonya Hamida mengangguk, “semakin
sempurna seorang wanita, semakin susah dia menemukan jodohnya, mungkin karena
terlalu banyak memilih…”
Jalal tanpa sadar mengangguk
mengiyakan, “bisa jadi. Kalau di lihat sepintas, dia bukan saja cantik, tapi
juga cerdas dan cekatan. Dia tipe wanita
yang tidak akan mengangguk saja jika di ajak bicara..”
“Ya, tipe wanita seperti Ruqayah…”
ucap Nyonya Hamida dengan nada sesal, “saya dia tidak mampu melahirkan anak
untukmu…”
Jalal menyela, “bukan tidak
mampu, belum beruntung saja. Tahukah mama kalau Ruqayah juga sangat
menginginkan anak?”
“Aku tahu. Itu lah mengapa aku
mengancamnya akan mencarikan gadis lain untuk kau nikahi jika sampai akhir
tahun ini dia belum juga hamil..”
“Mama tega sekali..”
“Aku hanya ingin memberinya motivasi. Gadis itu terlalu
kau manjakan. Apapun keinginannya kau turuti. Hidupnya tidak sehat, minuman
keras, merokok, begadand ke Night club…. bagaimana seorang wanita bisa hamil dengan begitu banyak racun dalam
tubuhnya?”
“Itu dulu ma. Akhir-akhir ini aku
lihat rajin minum ramuan herbal penyubur kandungan dan pergi terapi..”
“Benarkah? Bagus itu. Berarti ada
perubahan yang berarti. Ruqayah butuh motivasi untuk berubah..”
“Tapi dengan memberinya ultimatum
seperti itu, apakah tidak berlebihan? Aku melihat akhir-akhir ini dia sering
melamun . Sebaiknya mama tidak lagi bicara tentang wanita-wanita yang akan
menjadi madunya…”
“Mengapa? Apakah salah kalau mama
ingin menimang cucu? Kalau dia tidak sanggup memberi mama cucu, mama akan
mencari wanita lain yang mampu..”
“Mama harus tahu, apapun yang
mama lakukan, aku tidak akan meninggalkan Ruqayah. Apalagi menceraikannya..”
“Mama tahu. Mama juga tidak ingin
kau menceraikan dia. Bagaimana pun, dia masih keluarga kita, sepupumu. Siapa
lagi yang dia punya selain kita?”
“Lalu apakah mama pikir ada
wanita yang mau padaku kalau mereka tahu aku telah beristri?”
“Pasti ada! Kau ini pria idaman
Jalal. Tak perduli kau telah beristri atau tidak, kemanapun kau pergi, banyak
wanita yang terpesona dan antri untuk menjadi istrimu..”
Jalal menggeleng-gelengkan kepala
melihat semangat nyonya hamida, “mungkin saja. Tapi yang aku suka, belum tentu
mau padaku. Karena aku telah beristri…”
“Kalau begitu jangan beritahu dia
kalau kau sudah beristri..”
“Maksud mama?”
Nyonya hamida tersenyum, “aku tahu
kau tertarik pada puteri tuan Bharmal kan? Aku tidak pernah melihatmu begitu
terpesona saat menatap seorang wanita, selain Ruqayah tentunya…”
“Dia tidak mengacuhkan aku…”
keluh Jalal.
“Belum saja. Ingat pepatah lama,
Jalal. Tak kenal, maka tak sayang. Mama sudah mengenalkanmu sebagai konsultan
okra, manfaatkan kesempatan itu. Aku melihat Jodha wanita yang berbeda. Mama
sudah membayangkan akan menimang banyak cucu dari dia…”
Jalal tergelak, “mama jangan
mengharap yang tidak-tidak, nanti kecewa…”
“Aku yakin, anak mama tidak akan
membuat mama kecewa…” ucap NyonyaHamida pasti.
Jalal tidak menyahut, hanya
tertawa saja. Dan memang, sejak keluar
dari gerbang Rumah tuan Bharmal, bayangan Jodha terus bermain-main di kelopak
matanya. Senyumnya, reaksinya saat kaget. Dan seberapapun kuatnya Jalal
berusaha menepis, bayangan itu terus melekat di benaknya.. ***