Prolog
Jalal dan Ruqayah sedang berdua
di tempat tidur. Wajah Ruq terlihat tegang. Tapi Jalal terlihat santai dengan
seulas senyum terkulum di bibir. Ada perdebatan kecil antara mereka tentang
kata terbagi.
“..terbagi itu, berarti tak
sengaja di bagi. Kalau aku mengizinkanmu membagi, berarti ya berbagi..”
“Apapun itu, maksudnya samakan?
Membagi cinta. Kau rela?” Tanya Jalal
Ruq menyahut ringan, “apa yang
harus ku relakan? Kau tidak mungkin mencintai wanita lain, karena hatimu hanya
milikku saja..”
Jalal tertawa, “jangan terlalu
yakin Ruq. Bisa saja aku jatuh cinta pada salah satu wanita yang di sodorkan
mama. Kalau selama ini aku tidak berminat pada mereka, itu karena aku belum
menemukan wanita yang bisa membuat hatiku bergetar…”
Ruq memicingkan mata dan menatap
Jalal dengan tatapan penuh selidik.
Jalal menatap Ruq mesra, “seperti saat aku melihat mu..”
Ruq tersenyum lega mendengar
ucapan Jalal. Dia lalu mengeser duduknya dan membaringkan kepalanya di dada
Jalal yang sejak tadi berbaring miring dengan tangan menyanggah kepalanya. Ruq
menegadakan wajahnya menatap Jalal. Jalal menundukan kepalanya balas menatap
Ruq. Keduanya saling tatap.
Lalu entah siapa yang memulai,
yang jelas wajah mereka saling mendekat. Bibir keduanya beradu dalam kecupan-kecupan
liar penuh gelora. Saling sentuh dan saling raba. Dan malam itu, kembali mereka
memadu cinta tanpa kenal lelah.
Jalal melayani saja hasrat Ruq.
Ruq seperti tak pernah puas. Dia meminta dan terus meminta. Jalal sampai
kuwalahan. Ruq punya motivasi pribadi. Dia ingin segera hamil dan punya anak.
Hanya itu satu-satunya cara yang bisa menghentikan Hamida Bano membawa pulang
gadis-gadis pilihan untuk menjadi madunya. Bagaimanapun, tidak ada wanita yang
rela di madu. Tidak juga Ruq. Meski di luar dia terlihat santai, cuek dan
masabodo. Tapi dalam hatinya dia tersiksa dan merana. Untung Jalal begitu penuh
pengertian dan menyiraminya dengan segala bentuk kasih sayang dan perhatian
yang melimpah. Hingga kegundahan hatinya
sedikit terobati.
Tapi ultimatum Hamida terus
terngiang-ngiang di telinganya. Tahun ini, Hamida ingin hadirnya seorang cucu.
Dia tak mau menunggu lagi. Jika Ruq tak sanggup memberinya cucu, Hamida telah
mengancam kalau dirinya akan mencari
wanita-wanita yang punya kans besar untuk memberinya seorang cucu.