-->

Hai !!! Selamat membaca..! Semoga menginspirasi...

Seperti Bulan dan Matahari

Senja Di bawah Kamboja Merah.  Orang selalu membedakan kami seperti Bulan dan matahari. Kami bersahabat sejak kelas 6 SD. Setelah 2 tahun sebelumnya hidup sebagai musuh bebuyutan. Suzy  terlahir sebagai seorang wanita yang lemah lembut dan kemayu tapi berhati baja. Perpaduan Sumbodro dan Srikandi. Tindak tanduknya tidak bisa di prediksi. Jauh berbeda denganku yang terlalu terbuka dan mudah di duga.

Permusuhan kami bermula dari pertandingan bola volley antar kelas yang selalu diadakan tiap akhir tahun ajaran.  Tim ku dan timnya saling berhadapan di final.  Karena salah paham, tim ku mendapat bonus angka dan berhasil keluar sebagai juara. Susana tidak terima. Dia melakukan demo dan protes. Tapi tidak di gubris oleh panitia. Akhirnya kemarahannya di limpahkan padaku. 


Baca Juga:

Menurutnya karena aku anak kepala sekolah, maka aku di menangkan. Dan menurutnya lagi  itu adalah suatu kecurangan. Tentu saja aku tidak terima.  Usaha keras sampai lengan lebam-lebam dianggap curang. Tapi sebelum sempat kami beradu mulut, muncul si Ksatria baja hitam yang dengan pesonanya menengahi sengketa.  Gunawan, yang tidak gundul tapi menawan, sangat simpatik dan penuh perhatian. Dia adalah sahabat ku dan merupakan fans berat si Srikandi jadi-jadian. Akhirnya sengketa di damaikan, tapi permusuhan masih berkepanjangan.


Perdamaian hadir ketika kami menjadi anggota tim bola kasti sekolah. Lagi-lagi si kemayu itu terpilih sebagai kapten tim. Dan lagi-lagi muncul kesalah pahaman. Pada babak pertama kami di menangkan, tim lawan yang tidak terima marah-marah. Entah apa yang terjadi sebenarnya aku tidak terlalu perduli. Hanya kebetulan saja aku berada tak jauh dari Susana yang sedang memberi motivasi, ketika sebuah bola kasti meluncur dengan kecepatan tinggi kearahnya. Susana yang sedang tidak bersiaga menjadi sasaran empuknya. 


Baca Juga:

Tentu saja aku tidak terima tim ku dianiaya. Dengan reflek aku meyambar bola itu dan otomatis menyelamatkannya. Ketika di akhir acara Susana menemuiku secara pribadi untuk mengucapkan terima kasih, aku menjawab dengan berdiplomasi, bahwa aku melakukannya karena  tidak ingin tim ku kalah karena kaptennya tersungkur tak berdaya terkena lemparan bola. Susana tersenyum sumringah. Dan sejak saat itu….kami selalu bersama-sama. Sebagai kawan setia. Hingga SMP, SMA dan….masa-masa kuliah. 



Popular Posts