-->

Hai !!! Selamat membaca..! Semoga menginspirasi...

Sinopsis Silsila Badalte Rishton Ka episode 32 bag 2

Sinopsis Silsila Badalte Rishton Ka episode 32 bag 2. Esok paginya, Mauli sedang memasak sarapan ketika Kunal datang sambil membawa telpon, "ada telpon dari rumah sakit.." Mauli mengambil telpon yangd i sodorkan Kunal dan icara dengan perawat rumah sakit. Kunal mencium aroma masakan yang di buat Mauli, "lezat sekali.." Mauli menutup telponnya dan menyahut, "tapi aku memasaknya terlalu lama. AKu tidak tahu apakah enak atau tidak. Aku takut kau menyesal karena menyuruhku memasak..." Kunal membesarkan hati Mauli, "hei..aku yakin pasti enak. Kau sangat efisien dalam melakukan sesuatu."

Telpon kembali berdering, Mauli mengecilkan api dan pamit pergi. Melihat mauli pergi, Kunal membuka panci masakan dan mengaduknya. Tak tahan dengan aromanya yang lezat, Kunal mengambil sesendok dan mencicipinya, "enak..tapi tidak ada garamnya. Mauli pasti lupa menambahkan garam..." Lalu Kunal mengambil garam secukupnya dan menambahkan kedalam masakan. Nandini melihat itu dan merasa heran, "kau yang masak? ku kira Mauli.."


Kunal menyahut, "mauli yang masak. Tapi dia lupa menambahkan garam.." Nandini tersenyum penuh pengertian. Kunalberpesan pada Nandini agar tidak bilang pada Mauli kalau dia lupa menamahkan garam, "nanti dia merasa kesal. Mauli sangat sensitif kalau tentang masakan. Aku tidak ingin dia sedih.." Nandini mengangguk. Lalu Kunal beranjak pergi. Nandini termangu sedih.

Baca Juga: 


Waktu sarapan tiba. Nandini, Nenek,. Mauli dan Kunal duduk bersama di meja makan. Kunal menikmati sarapannya. Begitu juga Mauli dan nenek. Nandini terlihat melamun dengan wajah sedih. Nandini teringat perlakuan Rajdeep padanya. Bagaimana Rajdeep selalu bersikap kasar dan menyakiti dirinya. Panggilan Mauli menyadarkan nandini. Mauli bertanya, "bagaimana nandini? enak tidak?" Kunal yang menyahut, "hmmm.. enak sekali Mauli. Mematikan!" Nandini setuju dengan Kunal. Mauli binggung, "apakah sangat tidak enak?" Kunal menyela, "enak banget. SInikan tanganmu.." mauli mengulurkan tangannya. Kunal mencium tangan Mauli dan memujinya. Mauli tidak percaya. Dia bertanya pada nenek, "baagaimana nenek? Mereka berdua selalu saja ingin menyenangkan aku.."

Nenek menyuapkan masakan kemulutnya dan berdecak lezat, "sungguh enak mauli. Rasanya pas.." Mauli tertawa gembira, "syukurlah. Padahal sepertuinya aku lupa menambahkan garam.." Kunal dan nandini saling pandang. Mauli menuangkan hidangan ke piringnya sambil berkata, "tapi kalau kata kalian enak, ya pasti enak. AKu percaya pada kalian.." Nenek berkata kalau enak tidaknya masakan tergantung pada garam, "hidup juga begitu.." Kunal menyanggah, "bagaimana bisa begitu, nek? Ada banyak bumbu yang di tambahkan dalam maakan ini." Nandini tersenyum mendengar pembelaan Kunal.

mauli mencicipi masakannya dan tersenyum puas. Kunal menyakinkan Mauli kalau masakannya lezat, "kau berhak mendapat pelukan." Kunal menghampiri Mauli, memeluk dan mencium keningnya. Begitu kunal kembali ke tempat duduk, nenek berkata, "PDA (Public Display of Affections) Pamer kemesraan di depan publik.." Kunal melirik kearah Nandini., nandini tersenyum. lalu semua fokus menikmati sarapan.

Nandini menatap Mauli dan Kunal bergantian. Menurutnya penrikahan mauli dan Kunal begitu Indaah, mereka saling support dan saling menghargai. Berbeda dengan pernikahannya dengan Rajdeep. Rajdeep tidak melakukan hal yang aik pada dirinya. Rajdeep tak pernah mendukungnya tapi merampas hidupnya. Nandini heran mengapa pernikahannya denan rajdeep bisa bertahan begitu lama. Tapi Nandini sudah tidak perduli lagi, karena dia telah mendapatkan kembali sahabatnya, Mauli. Dia bisa memaafkan rajdeep karena itu.

Mauli melihat nandini melamun dan merasa heran, "Nandini, apa yang kau pikirkan? Kau ingat, kau harus datang ke rumah sakit untuk cek up." Nandini mengangguk, "ya. AKu akan datang jam 4 nanti." Mauli ingin tahu bagaimana nandini akan pergi ke rumah sakit. Nandini menjawab, "dengan bajaj.."  Mauli tidak yakin, Nandini akan tiba di rumah sakit dan tidak tersasar. Dia meminta Kunal untuk mengantar nandini ke rumah sakit kalau tidak sibuk. nandini menolak. Dia sanggup pergi sendiri. Mauli bertanya, "memang kau tahu rutenya?" Nandini menggeleng. Mauli menatap Kunal dengan tatapan memohon. Kunal bersedia mengantar nandini. Nandini tak ingin merepotkan Kunal. Kunal berkata, "tidak apa. Kali ini aku akan mengantarmu. Setelah itu kau bisa pergi sendiri..." Mauli tersenyum lega.

Sorenya, Kunal pulang untuk menjemput nandini. Dia melangkah kedepan kamar nandini dengan ragu. Wajahnya terlihat muram tapi dipaksakannya juga kakinya melangkah. Seelum dia mengentuk pintu, Nandini sudah membuka pintu kamarnya. Kunal heran. Nandini berkata kalau dia melihat mobbil kunal datang, "Mauli menyuruh kita datang lebih cepat.." Kunal mengangguk, "ayo.." Sebelum pergi Nandini pamitan pada Nenek.

Dalam perjalanan ke rumah sakit, mereka terhenti di lampu merah. Seorang banci mendekat dan menyapa mereka, " kalian adalah pasangan yang serasi. Semoga rumah tangga kalian rukun selamanya. Tolong beri sesuatu padaku, biar aku bisa memberkati kalian. Seperinya kalian adalah pasangan di kehidupan yang lampau.." Kunal dan Nandini saling pandang. Si Banci meminta sedekah dari Kunal dan nandini dengan memuji-muji keduanya yang membuat Kunal dan Nandini saling tatapan dengan kikuk. Begitu lampu hijau menyala, Kunal segera melajukan mobilnya tanpa memberi sepeserpun pada si banci. Si banci terlihat kesal.

Kunal dan nandini tiba di epan Lift. Banyak orang yang sedang menungu Lift. Begitu lift datang, semua orang masuk, termasuk Nandini dan Kunal. Nandini merasa tidak nyaman di dalam Lift. DIa terlihat cemas dan gemetar. Kunal melihat reaksi nandini dan menatap dengan heran. Tiba-tiba listrik padam. Reflek nandini menggenggam erat jemari Kunal. Tubuh Nandini gemetar. Kunal prihatin melihat itu. Dia menenangkan nandini, "Nandini.. jangan takut. Ada aku. Aku tidak akan membiarkaan hal buruk terjadi padamu. Lift akan kembali menyala. jangan takut.." Nandini gemetar, dia ingin keluar dari lift. Kunal meminta nandini tenang dan memegang tanganya. Lalu Kunal menyaalakan baterai hp sehingga lift tidak gelap laggi, "kau merasa tenang sekarang?" Nandini menggeleng. Kunal menatap nandini yang tertunduk ketakutan dari dekat. Dia terpesona oleh kecantikan Nandini... 


Popular Posts