Nandini melipat tanganya dan memasang wajah kesal. Nenek terpana melihatnya. Nandini dengan wajah murung berkata, "sekarang aku bermasalah. nenek, kenapa kau begitu formal padaku? Katakan sekali lagi!" Nenek tersenyum dan berkata dengan nada memerintah, "pergi dan siapkan tepung untuk membuat laddu! Saudariku sangat menyukainya..." Nandini tersenyum sumringah, "aku akan segera menyiapkannya .." Lalu Nandini bergegas pergi kedapur.
Kunal menghampiri nenek tapi matanya mengikuti kepergian nandini. Kunal memberitahu nenek kalau Pramila dalam pernjalanan, "nenek sebaiknya menunggu dia. lalu menyuruhnya membuatkan laddu untuk sesaji." nenek protes, "Pramila? Laddu buatanya seperti batu." Kunal mengingatkan nenek kalau Nandini adalah tamu mereka, "tak baik menyuruhnya mengerjakan pekerjaan seperti ini. Dia di sini sekarang, tapi besok dia akan pergi.."
Nenek mengamati Kunal sesaat, lalu menyuruh kunal mendekat. Kunal heran, tapi mau tak mau dia berjongkok dan mendekati nenek. Nenek menyentuh kening Kunal sambil bertanya, "apakah kau baik-baik saja? Kenapa kau bicara seperti orang sedang menginggau?" Kunal beruman lirih, "aku memang sedang mengingau.." nenek tak mendengar gumanan Kunal, "apa? Katakan yang keras, aku tidak dengar!"
Kunal menjelaskan sekali lagi pada nenek kalau Nandini adalah teman baik nandini dan adalah tamu di rumah mereka. Nenek menyela, "Nandini adalah kesayangannya Mauli. Cara dia menganggap rumah ini seperti rumahnya sendiri, kita harus menerimanya. Dia bukan lagi tamu. Dia keluarga kita. Apakah kau tidak melihat bagaimana dia berbaur dengan semua orang?" Kunal meminta nenek agar tidak menjadikannya kebiasaan, "dia akan pergi meninggalkan rumah ini, suatu hari nanti..."
Baca juga:
Nenek berkata kalau semua orang akan pergi pada akhirnya, bahkan dia sendiripun akan pergi. Dia ingin Kunal melihatnya pergi suatu saat nanti seperti seorang tamu. Kunal protes, "nenek, apa yang kau bicarakan?" Nenek membisiki Junal, "nak, kau tidak tahu siapa yang akan kau temui dalam hidupmu dan menjadi orang yang kau sayang. Dan kapan kau harus berpisah dengan orang yang kau sayangi, tak ada yang tahu. Karena itu, selama kau hidup, hiduplah dengan bahagia.." Kunal tak membantah lagi. Dia bangkit dan pamitan pada nenek. Nenek menyuruhnay menunggu prasad dulu. Kunal menolak, "aku sudah terlambat." Nenek memaksa, "setidaknya, mintalah restu pada dewa.." Kunal berbalik dan menuruti perintah mnenek. Dia menyopot sepatunya dan menghampir altar. Setelah meminta restu dewa, Kunal segera memakai kembali sepatunya dan melangkah pergi.
Tapi Nandini menghadangnya, "hei, kau sduah akan pergi?" Kunal menatap Nandini dengan nanar dan menyahut, ya." Nandini tersenyum manis dan mendoakan yang terbaik untuk Kunal. Kunal mengangguk dan melangkah pergi diikuti tatapan nandini.
Mauli pulang lebih cepat. Nandini heran melihatnya. Mauli memberitahu Nandini kalau dia ingin bicara dengan Kunal karena dia punya proyek yang sangat penting dan mauli ingin mendengart keberhasilannya. Tapi Kunal tidak bisa di hubungi ucap Mauli dengan cemas. Tapi tiba-tiba Kunal menelpon, Mauli sangat gembira, "Kunal tak pernah mengecewakan aku!" nandini tertawa gembira. Lalu Mauli icar adengan Kunal di telpon dan bertanya tentang proyeknya. Dengan saura bahagia Kunal memberitahu Mauli kalau proyeknya mendapat lampu hijau. Lalu Kunal bertanya tentang operasi yang di lakukan Mauli. Mauli berkat akalau operasinya berjalan dengan sangat sukses. Kunal gembira. Lalu dia menyarankan agar mereka merayakan kesuksesan mereka dengan nonton konser musik dan makan-makan. Mauli setuju. Kunal berkata kalau dia akan beli 2 tiket. Mauli mengiyakan lalu menutuptelponnya.
Nandini yang mendengartentang perayaan segera berkata kalau dia akan membuatkan nasi Briyani. Mauli mencegah, "jangan. Sebenarnya, Kunal mengajak makan di luar. Kau bisa ikut.." Nandini menolak, "tidak. Kalian saja.." Mauli memaksa. Nandini menolak lagi. Nenek menyahut dari dalam, "iya, ajak dia keluar Mauli. Seharian dia di rumah saja.." Mauli memaksa Nandini ikut. Nandini ragu, "benarkah?" Mauli mengangguk, "iya. Aku akan memberitahu Kunal. Pokoknya kau harus ikut." Nandini tidak ppunya pilihan lain selain mengiyakan.
Mauli menelpon Kunal dan mengingatkan dia agar membeli tiket satu lagi karena nandini akan ikut. Kunal terlihat tidak suka, "aku tidak lupa. Tapi ku pikir ini hanya kita berdua menikmati kebersamaan.." Mauli memohon pada Kunal agar mengizinkan nandini ikut. Kunal akhirnya setuju meski dengan berat hati.
Mauli sedang memilih baju yang akan dipakainya ketika Nandini datang sambil membawa sare. Nandini bertanya apakah dia boleh memakai sare karena kalau pakai gaun barat dia tiddak cocok. Mauli mengangguk, "pakai apapun, kau terlihat cantik.." Nandini melihat sare tergantung di lemari pakaian mauli. Nandini mengambil sare itu dan menyuruh Mauli memakainya malam ini. Mauli menolak, karena dia tidak suka pakai saree. Apalagi sekarang musim hujan. Mauli menyuruh nandini memakai sare itu, "kau akan terlihat sangat cantik." Nandini menolak. Mauli memaksa. Nandini pun setuju.
Kunal menunggu Mauli dan Nandini di pintu masuk dengan gelisah. Nandini datang ddengan mengenakan sare putih. Wajahnya terlihat gembira. Nandini berjalan kearah Kunal. Kunal sedang sibuk dengan hp nya. Seorang pria menabrak Nandini hingga tubuhnya berputar arah. Kunal menatap kearah Nandini dan melihat sare yang di kenakannya. Kunal mengenali sare itu dan menyangka itu Mauli. Kunal terlihat gemira. Tapi rasa gembiranya lenyap ketika dia melihat yang memakai sare itu adalah nandini. Kunal merasa heran karena tidak melihat Mauli. Kunal melambai kearah nandini. Nandini melihatnya dan mendekat.
Keduanya berhadapan. Nandini menyapa Kunal, "hai Kunal." Kunal menyahut, "hai. Mana Mauli?" Nandini hendak menjawab pertanyaan Kunal ketika Mauli menelpon. Mauli memberitahu Kunal kalau dirinya tidak bisa menemukan tempat parking lalu ada teppon penting dari rumah sakit. Kunal mengerti dan berkata kan menunggu Mauli. Mauli meminta Kunal agar tidak menunggunya karena dia bisa ketinggalan konser musik sufi. Mauli tidak ingin Kunal kesal karena dirinya. Dia menyuruh Kunal dan Nandini masuk lebih dulu, dirinya akan menyusul kemudian. Kunal setuju. Dia mengajak nandini masuk ke ruang konser. Mauli menelpon seorang dokter berkaitan dengan blueprint klinik kunal.
Semua orang memasuki ruang konser. Kunal mengambil tempat duduk berjarak satu dengan Nandini, "aku akan duduk disini, biar Mauli yang di sini." Nandini setuju, "aku akan meletakkan tas ku di sini, biar tak ada yang menduduki tempat ini." Kunal mengangguk.
Lalu pembawa acara membuka acara dan memeritahu hadirin kalau malam ini adalah malam istimewa para pasangan. Dia yakin kalau yang datang ke konsernya adalah para pasangan dan yang akan pasangan. Dia meminta para pasangan yang hadir berpegangan tangan dengan orang yang dicintai...